RSS

KONSEP MEDIS RETINOBLASTOMA

2.1 Pengertian

Retinoblastoma adalah tumor ganas dalam bola mata pada anak dan bayi sampai umur lima tahun.Retinoblastoma merupakan salah satu bentuk keganasan /malignansi pada retina bola mata yang biasanya terjadi sebelum anak berusia 5 tahun.Angka kejadiannya sekitar 1 dari 20.000 anak.
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kangker pada mata yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. penyakit ini tidak hanya menyebabkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di Negara berkembang ,upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu penyebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker pada anak.
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia klien saat  diagnosis  adalah  24  bulan  pada  kasus  unilateral,  13  bulan  pada  kasus  kasus  bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ).

2.2 Etiologi

Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena mutasi atau diturunkan. Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan di transmisikan kepada turunan sel tersebut.
Penyebab kebutaan bisa di bagi dalam beberapa subgroup,meliputi infeksi,cedera,keracunan, neoplasma, pengaruh yang terjadi pada masa prenatal, genetic, dan faktor lain yang beraneka ragam.kira- kira pada75% kasus kebutuhan adalah kongenital, dengan 40 hingga 50% dari kasus tersebut merupakan akibat kondisi herediter seperti albinisme, glaucoma, abnormalitas, saraf optikus, katarak, dan degenerasi retina yang berfariasi.
Letak dan  tipe lesi ocular pada buta kongenital
Letak
Contoh tipe lesi
Persen (%)
Retina
Retinopati prematuritas
20

Degenerasi macula, retinitis pigmentosa
8
Saraf optikus
Atrofi saraf optikus dan hypoplasia
20
Lensa
Katarak
19
Bola mata
Albinisme
6

Hidroftalmus, myopia dan mikroftalmia
10
Traktus uvea
Tidak ada iris,korioretintis
5
Komea,skiera,korpus vitreum
Leukoma, hiperplasi korpus vereum primer persisten
1
Lain – lain
Nistagmus
9

Meskipun retinopati pada prematuritas berkembang pada masa post – natal.kalainan ini biasanya dimasukkan kedalam kategori buta kongenital.hal ini terjadi pada 10 hingga 40% bayi premature yang berat badanya kurang dari 1500 g, tetapi hanya 1,8 himgga 40% pada bayi yang terkena dinyatakan buta secara sah.
Imunisasi pada anak untuk melawan rubela telah menghasilkan penurunan bermakna kasus buta kongenital, yang dahulu pnyebab utamanya adalah rubella. Korioretinitis akibat toksoplasmosis, meskipun jarang, bisa berjumlah sebanyak 5% kasus keruskan penglihatan berat pada masa kanak- kanak. Sangta penting untuk mengidentifikasi anak sperti ini, karena pngobatan sedini mungkin bisa mencegah gejala sisa pada pengliatan.
Lesi ocular dibdapat berjumlah  kira – kira 25% pada anak dengan kerusakan penglihatan berat. Sepertiga kasus kebutaan merupakan akibat trauma. Retinoblastoma adalah tumor pada bayi yang relatif jarang (yaitu 3,4 dalam 1 juta). Kira – kira 30% pasien yang terkena kelainan bilateral memiliki bentuk retinoblastoma yang diturunkan secara dominan dan predisposisi terjadinya osteosarcoma. Penyaki – penyakit infeksi didapat seperti trakoma dan onkosersiasi, juga defisiensi vitamin A, akan berlanjut menjadi penyebab utama kerusakan penglihatan pada Negara berkembang. Pada 50% anak – anak yang buta memiliki ketidakmampuan yang menyertainya seperti retardasi mental, palsi serebral,atau kejang. Faktor resiko :
·         Virus
·         Zat kimia
·         Sinar ultraviolet
·         Radiasi pengion
Faktor resiko diatas akan meningkatkan laju mutasi yang akan mengenai sel somatik yang akan di teruskan ke generasi berikutnya.

2.3 Patofisiologi

Retinoblastoma berasal dari jaringan embrional retinal bersifat malignancy, kongenital dan herediter serta dapat menyerang atau tumbuh 1 atau kedua mata. Tumor tumbuh melalui mutasi genetik secara spontan atau sporadis atau diturunkan melalui autosomal dominant.
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan  glaucoma  atau  tanda  peradangan  berupa  hipopion  atau  hifema.  Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.
Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing:
•    Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang)
•    Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
•    Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
•    Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.
Atau dengan istilah lain dapat dibagi menjadi tiga klasifikasi. Klasifikasi ini yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat keparahan retinoblastoma guna menentukan hasil terapi yang akan digunakan adalah menggunakan stadium menurut Nana Wijaya SD, yaitu :
  1. Stadium tenang
Pupil lebar. Dipupil tampak refleks kuning yang disebut “amaorotic cat’s eye “ hal inilah yang menarik perhatian orang tuanya untuk kemudian berobat. Pada funduskopi, tampak bercak yang berwarna kuning mengkilap. Dapat menonjol ke dalam badan kaca. Dipermukaannya ada neovaskularisasi dan perdarahan. Dapat disertai dengan ablasio retina.
  1. Stadium glaukoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokuler meninggi. Glaulpma sekunder yang disertai rasa sakit yang Sangay. Media refrakta menjadi keruh, sehingga pada funduskopi sukar menentukan besarnya tumor.
  1. Stadium ekstra okuler
Tumor menjadi lebih besar, bola mata membesar. Menyebabkan eksoftalmus, kemudian dapat pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita, disertai nekrose diatasnya. Pertumbuhan dapat pula terjadi kebelakang sepanjang N.II dan masuk keruang tenggorok. Penyebaran ke kelenjar getah bening, juga dapat masuk ke pembuluh darah,untuk kemudian menyebar keseluruh tubuh.
Pada  beberapa  kasus  terjadi  penyembuhan  secara  spontan,  sering  terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.

2.4 Manifestasi Klinis

Anak yang mengalami kebutaan tanpa kerusakan neurologik yang menyertai sering mencapai masa penting perkembangannya pada usia yang lebih tua daripada anak yang bisa melihat, tetapi sebaikanya jangan difikirkan bahwa mereka mengalami keterlambatan perkembangan. Penglihatan tidak hanya memainkan peranan dalam kemampuan untuk melakukan fungsi motoric kasar dan halus, tetapi juga memberikan bantuan dalam mengendalikan konsep kognitif. Misalnya, seorang bayi yang tidak mampu menyampaikan bahwa makananya hilang karena jatuh dari meja kelantai akan berjuang dengan konsep bahwa makanan tersebut harus tetap ada. Bayi yang buta hanya bisa mencapai tahap ini dengan cara tidak sengaja menyentuh sebuah mainan yang telah hilang, karena dia tidak bisa melihat, atau ketika menemukan kue yang hanya bisa diketahuinya melalui pengecapan dan penciuman.
Masa penting perkembangan motoric umumnya lebih lambat terjadi pada bayi yang buta. Menahan kepala pada sudut 90 dengan posisi telungkup mungkin tidak bisa dilakukan sampai bayi tersebut berusia 10 hingga 12 bulan. Meskipun seorang bayi yang mengalami kerusakan penglihatan berat bisa duduk tanpa perlu dibantu pada usia 6 hingga 8 bulan, berpindah keposisi duduk dan kembali lagi keposisi telungkup sulit dilakukan karena bayi tersebut tidak mampu menilai posisi spasial tubuhnya. Menariknya untuk berdiri dan berjalan juga mengalami keterlambatan akibat tidak adanya orientasi ruang secara visual. Seorang anak yang buta ungkin tidak bisa merangkak sama sekali,dan beberapa anak tidak berjalan sendiri sampai usia 2 tahun. Memancing anak menuju ke sumber suara akan membantu perkembangan aktivitas motoric kasar.
Aktivitas motoric halus juga mengalami keterlambatan. Gerakan ekstremitas superior untuk memegang dengan cara mencubit mudah hilang dan digantikan dengan gerakan meraup, yang bisa digunakan untuk meraih benda dan melakukan eksplorasi terhadap lingkunganya. Eksplorasi dengan mulut dan taktil merupakan mekanisme penting untuk memahami tekstur serba bentuk benda. Kejutan atau suara keras juga sangat diperlukan pada keadaan tidak bisa melihat.
Kemampuan berbahasa pada anak dengan kerusakan penglihatan berat umumnya tidak mengalami keterlambatan, kecuali untuk kata dan konsep yang memiliki arti dengan penjelasan secara visual ( misalnya, besar, kecil ). Konsep keberadaan benda secara tipikal muncul hampir tidak disengaja. Perkembangan untuk permainan secara simbolis menjadi sulit tanpa membayangkan sebuah boneka sebagai seseorang berukuran kecil. Namun, dengan berpura – pura pergi ke toko mungkin lebih memudahkan pengertian karena pengalaman anak tersebut.

2.5 Komplikasi

Komplikasi retinoblastoma antara lain rubeosis iridis dengan glaucoma, dislokasi lensa ke anterior, uveitis, endooftalmitis, dan pseudoinflamasi. Gejala-gejala inflamasi ini dapat terjadi akibat pertumbuhan retinoblastoma yang bersifat endofitik, dan sel-sel tumor lepas ke korpus vitreous dan bilik mata depan serta menyebabkan inflamasi. 

2.6 Penatalaksanaan

Pengobatan retinoblastoma bergantung terutama pada stadium tumor saat diagnosis. Klasifikasi Reese-Ellsworth adalah standart yang paling umum di gunakan untuk penyakit intraukular. Secara umum, retinoblastoma unilateral stadium satu di obati dengan iradiasi atau teknik lain, seperti krioterapi, yang membekukan tumor. Tujuan terapi adalah mempertahankan penglihatan yang berguna dimata yang terkena dan menghilangkan tumor.
Seiring dengan pertumbuhan tumor, terutama jika saraf optic terlibat, enuklesia ( pengangkatan ) mata yang terkena adalah pengobatan pilihan. Penggunaan kemoterapi pada penyakit lanjut bersifat kontroversial tatapi,jika dilakukan,dapat meliputi vinkristin, siklofosfamid, teniposid, dan karboplatin.
Dengan penyakit bilateral, setiap upaya di buat untuk mempertahankan penglihatan yang bermakna di mata yang paling sedikit terkena, dengan enukleasi mata yang berpenyakit parah. Apabila tumor bilateral ditemukan sejak dini, radioterapi atau pengobatan lain pada kedua mata dapat mencegah kebutuhan akan enukleasi.
·         Beberapa cara terapi ialah :
a.       Enukleasi mengangkat bola mata dan diganti dengan bola mata prothese(buatan).
b.      Penyinaran bola mata.Retinoblastoma bersifat raduiosensitif,sehingga terapi inisangat efektif.Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat penyinaran.
c.       Photocoagulation:terapi dengan sinar laser ini sangat efektif pada ukuran kanker kecil.
d.      Cryotherapy:terapi dengan cara pendinginan (pembekuan)pada kanker ukuran kecil terapi ini berhasil baik.
e.       Chemotherapy:diberikan obat- obatan anti kanker yang dapat mengecilkan ukuran kanker.

·         Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :
a.       Ukuran kanker
b.      Lokasi kanker
c.       Apakah sudah menjalar atau belum
d.      Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
e.       Adanya komplikasi
f.       Riwayat keluarga
g.      Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas.

·         Pembedahan
a.       Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler ialah dengan mengangkat seluruh bola mata dan meotong saraf optik sepanjang mungkin.
b.      Ekssentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke jaringan orbita ialah dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periostnya
c.       Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa – sisa sel tumor. (Donna L. Wong, dkk : 735)
Apabila diagnosis RB meragukan, kadang-kadang dilakukan biopsi jarum halus terhadap tumor. Apabila dipertimbangkan metastasis, perlu diberlakukan pemindaian CT atau MRI, radiografi toraks, pemindaian tulang, pemeriksaan cairan spinal untuk sel tumor. (Rudolp, Abraham M., dkk : 2311)
            Jika penatalaksanaannya berdasarkan stadium:
1.      Stadium I & II            : Terapi radiasi dan penyinaran
2.      Stadium III & IV        : Enuklasi dan kemoterapi
3.      Stadium V                  : Perawatan luka 
4.   Pasca Enuklasi           : Terapi radiasi
Write here, about you and your blog.
 
Copyright 2009 Life for Share and Education All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates